Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia HUT Kemerdekaan RI saat ini masih banyak dilaksanakan sebatas hiburan semata namun kurang dimaknai sebagai sebuah peringatan reflektif dalam pencapaian Pembangunan. Selama 78 tahun Merdeka, Indonesia telah mengalami masa demi masa cobaan, sebut saja pandemic Covid-19 adalah cobaan bangsa Indonesia yang terbesar dan terberat karena dalam waktu tidak kurang dari 3 tahun, ribuan orang melayang jiwanya. Belum lagi ujian dari bencana erupsi, gempa, banjir adalah konsekuensi dari letak geografis Indonesia yang menjadi negara dengan rawan bencana.
Menilik dari pertumbuhan manusia di Indonesia, penduduk Indonesia berjumlah 275,5 juta jiwa terbanyak ke-4 di dunia. Perbandingan populasi laki-laki dan Perempuan hampir berbanding separuhnya. Indonesia adalah bangsa yang beragam dari jumlah sukunya ada 1.340 berdasarkan data BPS 2010. Serta 718 bahasa daerah yang dipakai sebagai komunikasi keseharian dan ada lebih dari 6 agama/aliran kepercayaan yang dianut. Dapat kita bayangkan kebhinnekaan yang dimiliki oleh Indonesia adalah sebuah kekayaaan yang luar biasa jika cakap mengelolanya, namun bisa sebaliknya jika salah urus dapat berujung panen masalah maupun konflik sosial.
Merespon dari situasi ini, Kelompok Perempuan dan Sumber-Sumber Kehidupan (KPS2K) Jawa Timur bersama Sekolah Perempuan di Lumajang dan Gresik memperingati Kemerdekaan RI ke-78 ini dengan menyuarakan ketimpangan-ketimpangan gender yang masih dialami oleh para perempuan pinggiran atau marjinal terutama di wilayah rentan bencana seperti Gresik dan Lumajang. Kegiatan rutin tahunan ini dikemas dalam sebuah Festival Kepemimpinan Perempuan, yang diselenggarakan sejak tanggal 14 Agustus sampai 17 Agustus sebagai puncak acara.
Kegiatan diawali dengan Deklarasi Kemitraan bertempat di Balai Desa Oro-Oro Ombo pada hari Senin 14 Agustus 2023 yang dihadiri oleh perwakilan Pemerintah daerah Lumajang dan Gresik untuk memperkuat Pembangunan Inklusi di wilayah bencana alam maupun non alam agar Masyarakat terdampak tidak jatuh pada kemiskinan.
Pada tanggal 16 Agustus, acara festival dilanjut dengan menghadirkan Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil kab Lumajang untuk mengadakan layanan adminduk khususnya bagi ODGJ, Disabilitas fisik dan lansia yang selama ini tidak memiliki identitas kependudukan. Pelayanan langsung yang ditempatkan di desa Oro-Oro Ombo mendapat respon antusias dari Masyarakat bahkan desa yang ada disekitarnya termasuk desa Supit Urang.
Untuk acara puncak pada tanggal 17 Agustus, kegiatan diawali dengan Upacara Bendera HUT Kemerdekaan RI ke-78 yang melibatkan para 150 anggota Sekolah Perempuan dan para perempuan di desa Oro-Oro Ombo dan Supit Urang Kecamatan Pronojiwo Lumajang dan beberapa desa di kab Gresik. Hampir 80 persen mereka tidak pernah ikut upacara HUT RI karena ibu rumah tangga dan petani selama ini apalagi menjadi petugas upacara. Seperti kesan yang disampaikan oleh Suliha (31 tahun) ketua Sekolah Perempuan desa Supit urang yang mengatakan bahwa terharu setelah berhasil menjalankan tugas sebagai komandan upacara “Seumur-umur saya tidak pernah mimpi bisa menjadi petugas upacara, apalagi jadi komanda upacara, rasanya campur aduk bangga dan merasa percaya diri apalagi saya hanya petani selama ini dan jauh di lereng gunung Semeru, sekolah saja hanya sampai SMP” Perempuan berkulit sawo matang ini bersama teman-temannya berhasil membentangkan bendera ukuran 100 meter persegi di lapangan Supit Urang.
Setelah Upacara, festival dilanjutkan dengan Pawai Budaya Inklusi sepanjang 3 kilometer melewati jalan desa antara Supiturang sampai Oro-Oro Ombo, mengiringi perjalanan bendera merah putih ini ada juga para perempuan yang berbaris membawa poster dengan bertuliskan pesan-pesan suara perempuan pinggiran, seperti stop kawin anak, penghapusan kekerasan seksual, dukung Pendidikan perempuan dan seterusnya. Poster – poster ini seakan mengingatkan semua pihak bahwa jangan ada yang tertinggal dalam Pembangunan seperti kelompok perempuan, disabiltas dan minoritas.
Acara puncak festival ditutup dengan penampilan kesenian tradisional jaranan oleh anak muda di desa Oro-Oro Ombo, namun sebelumnya ada rentetan orasi yang di sampaikan oleh leader-leader Sekolah Perempuan yang hadir dari beberapa desa. Salah satunya adalah Lilik Indrawati (34 tahun) Ketua Sekolah Perempuan Gresik, yang hadir jauh-jauh ingin memotivasi para perempuan di lereng Semeru untuk melawan rasa takut, meningkatkan kepercayaan diri perempuan sehingga perempuan dapat terlibat aktif dalam mendorong Pembangunan yang merata. Diantara orasi ini ada penampilah ibu Patmideh (38 tahun) perempuan disabilitas Netra anggota Sekolah Perempuan Oro-Oro Ombo yang memiliki talenta bernyanyi, dengan suara merdunya seakan menyuarakan agar dipenuhi hak perempuan disabilitas agar dapat merasakan kemajuan Pembangunan saat ini, apalagi dia tinggal di daerah rawan erupsi Semeru.
Iva Hasanah sebagai direktur KPS2K Jawa Timur dalam amanah Pembina upacara yang disampaikan di saat upacara pembentangan bendera menyampaikan bahwa arti kemerdekaan bagi perempuan saat ini tidak hanya terpenuhinya hak-hak secara ekonomi saja namun juga bagaimana perempuan juga dapat terlibat dalam “Partisipasi yang bermakna” agar mampu mengawal perencanaan dan penganggaran yang Inklusi yaitu yang berpihak pada hak perempuan pinggiran, disabiltas dan kelompok marjinal/minoritas.
Narasumber: Iva Hasanah sebagai Direktur KPS2K (082111374666, email: ivahasanah@gmail.com)