Dialog publik ini adalah kegiatan yang menjadi bagian dari gerakan Gender Watch (GW) yang selama ini menjadi ruang partisipasi perempuan miskin untuk terlibat dalam pemantauan pembangunan. Gender Watch adalah nama program kerjasama KPS2K Jawa Timur, Kapal Perempuan Jakarta, Pemerintahan Australia (DFAT) dan Pemerintah kabupaten Gresik tentang peningkatan akses perempuan dalam program perlindungan sosial dan kepemimpinan perempuan. Program ini sudah terlaksana sejak tahun 2013 dengan mengambil pilot project 4 desa di kecamatan Wringinanom yakni desa Kesamben Kulon,Sooko,Sumbergede dan Mondoluku. Dalam perjalanannya di tahun ke-3 ini, banyak keberhasilan yang sudah dapat dirasakan oleh para perempuan miskin di perdesaan yang tergabung dalam 19 sekolah perempuan yang ada di 4 desa diatas sebagai wadah peningkatan kapasitasnya dalam memahami kesadaran atas hal hak-hak perempuan, salah satunya adalah meningkatnya kesadaran mereka terhadap kesehatan reproduksi dan pentingnya terlibat dalam permbangunan yang ada di desa. Melalui sekolah-sekolah perempuan di 4 desa yang beranggotakan sekitar 705 orang mereka belajar untuk meningkatkan kepercayaan diri dan membangun kesadaran kritis tentang kesetaraan gender. Keberhasilan yang lain adalah adanya data alternatif yang dapat dijadikan sebagai pembanding data pemerintah terkait dengan indikator kemiskinan secara umum dan indikator kemiskinan perempuan (Feminisasi Kemiskinan). Indikator khusus ini merupakan sumbangan yang penting untuk meningkatkan kualitas perempuan di Gresik karena mencantumkan 22 indikator yang meliputi data pendidikan perempuan (dropout dan buta aksara), data kesehatan perempuan (penderita penyakit reproduksi perempuan, anemia, AKI), data livelihood perempuan (tingkat pendapatan rendah, penerima program perlindungan sosial seperti jamkesmas). Data-data ini yang akan digunakan sebagai dasar untuk mendorong lairnya kebijakan-kebijakan di Gresik yang pro terhadap gender. Kegiatan ini juga bertepatan dengan peringatan 87 tahun kongres perempuan pertama di Indonesia atau dikenal dengan hari ibu. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kapasitas para multipihak baik yang ada di pemerintahan, akdemisi, dan masyarakat tentang pengarusutamaan gender yang ada di Gresik. Karena pentingnya kegiatan ini maka antusias 100 peserta yang hadir ditunjukkan dengan keterlibatannya dalam dialog yang interaktif dengan narasumber. Pemaparan BAPPELITBANGDA Kab.Gresik menunjukkan bahwa 15 tahun inpres no.9/2000 tentang pedoman pelaksanaan PUG Dalam Pembangunan Nasional masih perlu kerja keras para pihak yang ada di tingkat kabupaten terutama dalam kaitannya mendorong peningkatan alokasi anggaran daerah untuk program-program pembangunan yang responsif gender di Gresik.Menambahkan pemaparan dari Bappelitbangda, pihak Badan Kb dan PP menyampaikan masih banyak kendala yang dihadapi saat mendorong PUG ini di SKPD-SKPD karena masih belum memahami secara baik tentang konsep pembangunan yang pro gender. Dari hasil paparan diatas, Iva Hasanah Direktur KPS2K menegaskan bahwa upaya-upaya yang harus dilakukan adalah mendorong pimpinan daerah yang terpilih untuk merealisasi komitmennya dalam bentuk memberikan alokasi penganggaran yang signifikan untuk bidang-bidang yang mampu mendokrak kualitas perempuan seperti mengratiskan layanan tehadap kesehatan reproduksi perempuan baik di level puskesmas sampai rumah sakit daerah dalam bentuk jaminan kesehatan, meningkatkan akses pendidikan-pendidikan kesetaraan yang merata dan gratis untuk perempuan miskin, dan memprioritaskan pembangunan manusia. Selaras dengan semangat hari Ibu atau Hari gerakan perempuan Indonesia, maka penting memperkuat kepemimpinan perempuan melalui peningkatan kesadaran akan hak-hak perempuan termasuk hak untuk mendapatkan perlindungan atas kekerasan baik kekerasan domestik dan publik termasuk pemiskinan adalah bentuk dari kekerasan struktural yang harus diselesaikan secara jangka panjang dan sistematis. Dengan keberhasilan sekolah perempuan yang massif maka diharapkan perubahan nasip perempuan miskin di Gresik akan menjadi lebih baik karena dilakukan dengan pendekatan menumbuhkan kesadaran atas kerelawaanan dan komitmen pada kelompok perempuan miskin itu sendiri. (va)